Good Night Guyss.. how are you ? semoga baik baik saja yaa..
untuk dongeng pengantar tidur Elzaadict sekalian nihh aku mau share dongeng "Snow White And The Seven Dwarfs" wihh judulnya aja udah keren banget yaa,, apalagi isinya coba uhh gakunaa :D Check This One Out guys!!
Di suatu pertengahan musim dingin, ketika salju berjatuhan dari langit seperti bulu, seorang ratu duduk menjahit di dekat jendela. Rangka kayu yang digunakan untuk membordir terbuat dari kayu ebony yang hitam pekat. Sambil membordir, sang Ratu menatap salju yang turun dan tanpa sengaja jarinya tertusuk oleh jarum sehingga tiga tetes darahnya jatuh membasahi salju. Saat ia melihat betapa terang warna merahnya, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Saya berharap mempunyai anak yang putih seperti salju, merah seperti darah, dan hitam seperti kayu ebony!".
Tidak lama setelah itu, sang Ratu melahirkan seorang putri
yang kulitnya putih seputih salju, bibirnya merah semerah darah, dan rambutnya
hitam sehitam kayu ebony , dan diberinya nama Putri Salju. Saat sang Putri
lahir, sang Ratu pun meninggal dunia.
Setelah setahun berlalu, sang Raja menikah kembali dengan
seorang wanita yang sangat cantik, tetapi angkuh dan tidak senang apabila ada
yang melebihi kecantikannya. Sang Ratu yang baru memiliki sebuah cermin ajaib,
di mana sang Ratu sering berdiri memandang ke dalam cermin dan berkata:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Dan sang Cermin selalu menjawab, "Anda adalah yang
tercantik dari semuanya".
Dan sang Ratu pun merasa puas, karena tahu bahwa Cermin
ajaibnya tidak pernah berkata bohong.
Putri Salju sekarang tumbuh makin lama makin cantik, dan
saat ia dewasa, kecantikannya jauh melebihi kecantikan sang Ratu sendiri.
Sehingga suatu hari ketika sang Ratu bertanya kepada cerminnya:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Sang Cermin menjawab, "Ratu, anda cantik, tetapi Putri
Salju lebih cantik dari anda."
Sang Ratu menjadi terkejut dan warna mukanya menjadi kuning
lalu hijau oleh rasa cemburu, dan semenjak saat itu, ia berbalik membenci Putri
Salju. Semakin lama, rasa cemburunya bertambah besar, hingga dia tidak memiliki
kedamaian lagi. Ia lalu memerintahkan seorang pemburu untuk membinasakan Putri
Salju.
"Bawalah Putri Salju ke suatu hutan, sehingga saya
tidak akan pernah melihatnya lagi. Kamu harus membinasakannya dan membawa
hatinya sebagai bukti kepadaku.
Sang pemburu setuju, membawa Putri Salju ke suatu hutan;
akan tetapi saat ia menarik pedangnya, Putri Salju menangis, dan berkata:
"Wahai, pemburu, janganlah membunuhku, saya akan pergi
dan masuk ke dalam hutan liar, dan tidak akan kembali lagi."
Pemburu yang menaruh rasa kasihan, berkata:
"Pergilah kalau begitu, putri yang malang;" karena
sang Pemburu berpikir bahwa binatang liar di hutan akan memangsa Putri Salju,
dan saat ia melepaskan Putri Salju, hatinya menjadi lebih ringan seolah-olah
terbebas dari gencetan batu yang berat. Saat itu juga dilihatnya seekor babi
hutan berlalu, dan sang Pemburu menangkap babi hutan tersebut lalu mengeluarkan
hatinya untuk dibawa ke sang Ratu sebagai bukti.
Putri Salju yang sekarang berada dalam hutan liar, merasa
ketakutan yang luar biasa dan tidak tahu harus mengambil tindakan apa saat ketakutan
melanda. Kemudian dia mulai berlari, berlari di atas batu-batuan yang tajam dan
berlari menembus semak-semak yang berduri, dan binatang liar pun mengerjarnya,
tetapi tidak untuk menyakiti Putri Salju. Ia berlari selama kakinya mampu
membawa ia pergi, dan saat malam hampir tiba, ia tiba di sebuah rumah kecil.
Putri Salju pun masuk ke dalam untuk beristirahat. Segala sesuatu yang berada
di dalam rumah, berukuran sangat kecil, tetapi indah dan bersih. Di rumah
tersebut terdapat bangku dan meja yang di alas dengan taplak putih, dan di
atasnya terdapat tujuh buah piring, pisau makan, garpu dan cangkir minum. Di
dekat dinding, terlihat tujuh ranjang tidur kecil, saling bersebelahan, dan
dilapisi dengan seprei putih juga. Putri Salju menjadi sangat lapar dan haus,
makan dari tiap-tiap piring sedikit bubur dan roti, dan minum sedikit dari
tiap-tiap cangkir, agar ia tidak menghabiskan satu piring saja. Akhirnya Putri
Salju merasa lelah dan membaringkan dirinya di satu ranjang, tetapi ranjang
tersebut ada yang terlalu pendek, ada yang terlalu panjang, untungnya, ranjang
yang ke-tujuh sangat sesuai dengan tinggi badannya; dan ia pun tertidur di
tempat tidur tersebut.
Saat malam tiba, pemilik rumah pulang ke rumah dan mereka
adalah tujuh orang kurcaci yang pekerjaannya menggali terowongan bawah tanah di
pegunungan. Saat mereka menyalakan tujuh lilin yang menerangi seluruh rumah,
mereka sadar bahwa ada orang yang telah masuk ke dalam rumah tersebut karena
beberapa hal telah berpindah tempat, tidak seperti saat mereka meninggalkan
rumah.
Yang pertama berkata, "Siapa yang telah duduk di kursi
kecilku?"
Yang kedua berkata, "Siapa yang telah makan dari piring kecilku?"
Yang ketiga berkata, "Siapa yang mengambil roti kecilku?"
Yang keempat berkata, "Siapa yang telah memakan buburku?"
Yang kelima berkata, "Siapa yang telah menggunakan garpuku?"
Yang keenam berkata, "Siapa yang telah memotong dengan pisauku?"
Yang ketujuh berkata, "Siapa yang telah minum dari cangkirku?"
Yang kedua berkata, "Siapa yang telah makan dari piring kecilku?"
Yang ketiga berkata, "Siapa yang mengambil roti kecilku?"
Yang keempat berkata, "Siapa yang telah memakan buburku?"
Yang kelima berkata, "Siapa yang telah menggunakan garpuku?"
Yang keenam berkata, "Siapa yang telah memotong dengan pisauku?"
Yang ketujuh berkata, "Siapa yang telah minum dari cangkirku?"
Kemudian yang pertama, melihat ke sekeliling rumah dan
melihat tanda-tanda bahwa kasurnya telah ditiduri, berteriak, "Siapa yang
telah tidur di ranjangku?"
Dan saat yang lainnya juga datang, mereka berkata,
"Seseorang juga telah tidur di tempat tidurku!"
Ketika kurcaci yang ketujuh melihat ranjangnya, dia melihat
Putri Salju yang tertidur di sana, kemudian dia menyampaikan ke kurcaci lain,
yang datang tergesa-gesa untuk melihat Putri Salju, dan dalam keterkejutan
mereka, mereka masing-masing mengangkat lilinnya untuk melihat Putri Salju
dengan lebih jelas.
"Ya Tuhan! kata mereka, "siapakah putri yang
cantik ini?" dan karena mereka gembira melihat Putri Salju, mereka tidak
tega untuk membangunkannya. Kurcaci yang ketujuh terpaksa tidur bergantian
dengan teman-temannya, setiap satu jam, di tiap-tiap ranjang temannya sampai
malam berlalu.
Menjelang pagi, ketika Putri Salju terbangun dan melihat
ketujuh kurcaci, Putri Salju menjadi ketakutan, tetapi mereka terlihat
bersahabat dan bahkan menanyakan namanya dan bagaimana dia bisa tiba di
rumah mereka. Putri Salju pun bercerita bagaimana ibunya berharap agar dia
meninggal, bagaimana sang Pemburu membiarkannya hidup, bagaimana ia lari
sepanjang hari, hingga tiba ke rumah mereka.
Para kurcaci kemudian berkata, "Jika kamu mau
membersihkan rumah, memasak, mencuci, merapihkan tempat tidur, menjahit, dan
mengatur semuanya agar tetap rapih dan bersih, kamu bisa tinggal di sini, dan
kamu tidak akan kekurangan apapun."
"Saya sangat setuju," katan Putri Salu, dan ia pun
tinggal di rumah tersebut sambil mengatur rumah. Pada pagi hari para kurcaci ke
gunung untuk menggali emas, pada malam hari saat mereka pulang, mereka telah
disiapkan makan malam. Setiap Putri Salju ditinggal sendiri, para kurcaci
sering memberi nasehat:
"Berhati-hatilah pada ibu tiri mu, dia akan tahu bahwa
kamu ada di sini. Jangan biarkan seorangpun masuk ke dalam rumah."
Ratu yang telah melihat bukti kematian Putri Salju yang
berupa hati, yang dibawa oleh pemburu, menjadi tenang, berdiri di depan cermin
dan berkata:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Dan sang Cermin menjawab, "Ratu, walaupun kecantikanmu
hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil
beserta tujuh orang kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Ratu menjadi terkejut saat mendengarkannya, dan ia akhirnya
tahu bahwa sang Pemburu telah menipunya, dan Putri Salju masih hidup. Ia pun
berpikir keras untuk menghabisi Putri Salu, karena selama ia bukanlah wanita tercantik
diantara semua, rasa cemburunya tidak akan bisa membuat ia bisa beristirahat
dengan tenang. Akhirnya ia pun mendapatkan rencana, ia menyamarkan wajahnya dan
memakai pakaian yang biasa dipakai oleh wanita tua agar tidak ada yang bisa
mengenalinya. Dalam penyamarannya, ia melalui tujuh gunung hingga akhirnya tiba
di rumah milik tujuh kurcaci. Ia pun mengetuk pintu dan berkata:
"Barang bagus untuk dijual! barang bagus untuk
dijual!"
Putri Salju mengintip dari jendela dan menjawab:
"Selamat siang, apa yang anda jual?"
"Barang bagus," katanya, "Pita berbagai macam
warna" dan dia kemudian menyerahkan sebuah pita yang terbuat dari sutera.
"Saya tidak perlu takut untuk membiarkan wanita tua ini
masuk," pikir Putri Salju, lalu ia pun membuka pintu dan membeli pita yang
indah.
"Betapa cantiknya kamu, anakku!" kata wanita tua,
"kemarilah dan biarkan saya membantu kamu untuk memakaikan pita ini."
Putri Salju yang tidak curiga, berdiri di depannya dan
membiarkan wanita tua itu memasangkan pita untuknya, tetapi wanita tua itu
dengan cepat mencekik Putri Salju dengan pita hingga Putri Salju jatuh dan
seolah-olah meninggal dunia.
"Sekarang saatnya kamu berhenti sebagai wanita
tercantik," kata wanita tua sambil berlalu pergi.
Tidak lama setelah itu, menjelang malam, para kurcaci pulang
ke rumah, dan mereka semua terkejut melihat Putri Salu terbaring di tanah,
tidak bergerak; mereka mengangkatnya dan saat mereka melihat pita yang melilit
leher Putri Salju, mereka memotongnya dan saat itu Putri Salju bernapas
kembali. Saat kurcaci mendengar cerita dari Putri Salju, mereka berkata,
"Wanita tua yang menjadi penjual keliling, pastilah
tidak lain dari ratu yang jahat, kamu harus berhati-hati saat kami tidak berada
di sini!"
Ketika ratu yang jahat tiba di rumah dan bertanya kepada
sang Cermin:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Jawabannya sama dengan sebelumnya, "Ratu, walaupun
kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah
rumah kecil beserta tujuh orang kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Saat mendengar jawaban tersebut, ia menjadi terkejut karena
tahu bahwa Putri Salju masih hidup.
"Sekarang, saya harus memikirkan cara lain untuk
membinasakan Putri Salju." Dan dengan sihirnya, ia membuat sisir yang
mengandung racun. Kemudian dia menyamar menjadi seorang perempuan tua yang
lain. Lalu pergi menyeberangi tujuh gunung dan datang ke rumah tujuh kurcaci.
Ia mengetuk pintu dan berkata,
"Barang bagus untuk dijual! barang bagus untuk
dijual!"
Putri Salju melihat keluar dan berkata,
"Pergilah, Saya tidak akan membiarkan siapapun
masuk."
"Tapi kamu tidak dilarang untuk melihat-lihat,"
kata si wanita tua sambil mengeluarkan sisir beracun dan memegangnya. Sisir
tersebut sangat menggoda Putri Salju sehingga ia akhirnya membuka pintu dan membeli
sisir itu, dan kemudian wanita tua itu berkata:
"Sekarang, rambutmu harus disisir dengan benar."
Putri Salju yang malang tidak berpikir akan adanya
mara-bahaya, membiarkan wanita itu menyisir rambutnya, dan tidak lama kemudian,
sisir pada racun mulai bekerja dan Putri Salju pun terjatuh tanpa daya.
"Ini adalah akhir bagimu," kata si wanita tua
sambil berlalu. Untungnya hari sudah hampir malam dan para kurcaci pulang tidak
lama setelah kejadian itu. Saat mereka melihat Putri Salju terbaring di tanah seperti
telah meninggal, mereka langsung berpikir bahwa ini adalah perbuatan ibu tiri
yang jahat. Secepatnya mereka menarik sisir yang masih melekat di rambut Putri
Salju dan saat itupun Putri Salju terbangun, lalu menceritakan semua kejadian
yang dialaminya. Para kurcaci memperingatkan ia untuk lebih berhati-hati lagi
dan jangan pernah membiarkan orang masuk.
Saat ratu tiba di rumah, ia berdiri di depan cermin dan
berkata,
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Jawabannya sama dengan sebelumnya, "Ratu, walaupun
kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah
rumah kecil beserta tujuh orang kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Ketika ratu mendengar ini, ia menjadi gemetar karena marah,
"Putri Salju harus mati, walaupun saya juga harus mati!" Lalu ia
masuk ke kamar rahasianya dan di sana ia membuat sebuah apel racun. Apel yang
cantik dan menggiurkan, berwarna putih dan merah. Siapapun yang melihatnya
pasti tergiur dan siapapun yang memakannya walaupun sedikit, akan mati
keracunan. Saat apel itu telah siap, ia pun menyamar kembali dan berpakaian
seperti wanita petani, lalu ia menyeberangi tujuh gunung di mana tujuh kurcaci
tinggal. Dan ketika ia mengetuk pintu, Putri Salju melongokkan kepala melalui
jendela dan berkata,
"Saya tidak berani membiarkan siapapun masuk, tujuh
kurcaci sudah melarang saya."
"Baiklah," kata si wanita, "Saya hanya ingin
memberikan sebuah apel ini kepadamu."
"Tidak," kata Putri Salju, "Saya tidak berani
mengambil apapun."
"Apakah kamu takut akan racun?" tanya si wanita,
"lihatlah, saya akan membelah apel ini menjadi dua bagian, kamu akan
mendapatkan bagian yang berwarna merah, dan saya bagian yang putih."
Apel tersebut dibuat dengan cerdiknya, sehingga bagian yang
beracun adalah bagian yang berwarna merah. Putri Salju menjadi tergiur akan
kecantikan apel itu, dan ketika ia melihat si wanita petani memakan apel
bagiannya, Putri Salju menjadi tidak tahan lagi, ia mengulurkan tangannya
keluar dan mengambil bagian apel yang beracun. Tidak lama setelah ia memakan
apel tersebut, ia pun terjatuh dan sepertinya meninggal. Sang Ratu jahat,
tertawa keras dan berkata,
"Putih seperti salju, merah seperti darah, hitam
seperti ebony! kali ini, kurcaci takkan dapat menghidupkan kamu kembali."
Lalu ia pun pulang dan bertanya kepada cerminnya,
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Cermin menjawab, "Anda adalah yang tercantik dari
semuanya".
Hati ratu yang tadinya penuh dengan kecemburuan, akhirnya
menjadi tenang dan bahagia.
Para kurcaci, saat pulang di malam hari, menemukan Putri
Salju terbaring di tanah, dan tak ada nafas lagi yang keluar dari hidungnya.
Mereka mengangkatnya, mencari-cari racun yang membunuh Putri Salju, memotong
pitanya, menyisir rambutnya, mencucinya dengan air dan anggur, tetapi semua
sia-sia, putri malang itu telah meninggal. Mereka akhirnya menaruh Putri Salju
dalam sebuah peti, dan mereka semua duduk mengelilinginya, menangisi
kematiannya selama tiga hari penuh. Walaupun meninggal, Putri salju terlihat
seolah-olah masih hidup dengan pipinya yang merona. Para kurcaci kemudian
berkata,
"Kita tidak akan menguburnya di tanah yang gelap."
Lalu merekapun membuat peti yang terbuat dari gelas yang bening sehingga mereka
dapat melihat Putri Salju dari segala sisi. Putri Salju dibaringkan di peti
tersebut, dan di peti itu ditulislah nama Putri Salju dengan tulisan emas,
beserta kisah bahwa ia adalah putri seorang raja. Kemudian mereka meletakkan
peti itu di atas gunung, dan salah satu dari mereka selalu tinggal untuk
mengawasinya. Burung-burung pun datang berkunjung dan turut berduka, yang
datang pertama adalah burung hantu, lalu burung gagak, lalu seekor burung
merpati.
Untuk beberapa lama, Putri Salju terbaring di peti gelas itu
dan tidak pernah berubah, terlihat seolah-olah tidur. Ia masih tetap seputih
salju, semerah darah dan rambutnya sehitam ebony. Suatu ketika seorang pangeran
lewat di hutan yang menuju ke rumah kurcaci. Saat ia melihat peti di puncak
gunung beserta Putri Salju yang cantik di dalamnya, ia menjadi jatuh cinta, dan
setelah ia membaca tulisan yang ada pada peti itu. Ia berkata kepada para
kurcaci,
"Biarkan saya memiliki peti beserta Putri Salju ini,
saya akan memberikan apapun yang kalian minta."
Tetapi kurcaci menolak dan mengatakan bahwa mereka tidak mau
berpisah dengan Putri Salju walaupun dibayar dengan emas yang ada di seluruh
dunia. Tetapi sang Pangeran berkata,
"Saya memintanya dengan amat sangat, karena saya tidak
akan bisa hidup tanpa melihat Putri Salju; Jika kalian setuju, saya akan serta
merta membawa kalian semua dan menganggap kalian seperti saudaraku
sendiri."
Saat sang Pangeran berbicara dengan sungguh hati, para
kurcaci menjadi iba dan memberikan sang Pangeran peti yang berisikan Putri
Salju, dan sang Pangeran pun memanggil pelayan-pelayannya untuk mengangkat peti
tersebut ke istana. Di perjalanan, seorang pelayan terantuk pada semak-semak
sehingga peti yang diangkatnya menjadi terguncang dan sedikit miring. Saat
itulah apel beracun yang ada pada kerongkongan Putri Salju, keluar dari
mulutnya. Putri Salju membuka matanya dan membuka penutup peti, turun dan
berdiri dalam keadaan sehat-walafiat.
"Oh, dimanakah saya berada?" tanyanya. Sang
Pangeran secepatnya menjawab dengan hati riang, "Kamu aman di
dekatku," dan menceritakan semua yang terjadi. Sang Pangeran lalu berkata
lagi,
"Saya lebih memilih kamu dibandingkan dengan apapun
yang ditawarkan oleh dunia; ikutlah bersama saya menuju istana ayahku dan
jadilah pengantinku."
Putri Salju yang baik hati, ikut bersama pangeran dan
direncanakanlah pesta perkawinan yang meriah untuk mereka berdua.
Ibu tiri Putri Salju juga ikut diundang menghadiri pesta dan
saat berhias di cermin, ia pun bertanya pada cermin ajaibnya:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara
semua?"
Cermin menjawab, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir
tidak ada bandingannya, Pengantin yang baru ini seribu kali lebih cantik."
Sang Ratu menjadi marah dan mengutuk karena kecewa, ia
hampir saja membatalkan kehadirannya di pesta pernikahan Putri Salju, tetapi
rasa penasarannya membuat ia tetap pergi. Saat ia melihat pengantin wanita, ia
menjadi terkejut karena pengantin wanita tersebut tidak lain adalah Putri Salju.
Kemarahan serta ketakutan bercampur aduk menjadi satu dan saat itu juga, sang
Ratu yang jahat tersedak karena marahnya, terjatuh dan meninggal, sedangkan
Putri Salju dan pangeran, hidup bahagia selama-lamanya.
source : http://www.ceritakecil.com
0 komentar:
Posting Komentar